Lamalera adalah sebuah desa di pesisir pantai selatan Pulau Lembata. Daerah ini memiliki budaya yang sangat unik yakni Baleo. Baleo adalah suatu tradisi setempat dalam memburu dan menangkap ikan paus secara tradisional. Proses penangkapan ikan paus ini diawali dengan sebuah kegiatan rohani yakni, upacara misa bersama untuk menghantar dan mendoakan sanak keluarga yang akan mencari nafka di laut sehingga boleh selamat dalam mencari nafkah. Proses ini biasa dilakukan sekitar bulan Juli sampai dengan bulan Nopember, dimana ikan paus akan menyusuri perairan Lamalera menuju australia dalam perjalanan dari kutub utara saat terjadinya salju.
Kesempatan ini
masyarakat Lamalera memanfaatkan keadaan
alam laut untuk mencari nafka bagi keluarga.
Bagi masyarakat
Lamalera Laut adalah halaman rumahku,
gelombang adalah temanku dan angin adalah hiburanku.
Jadi tidak dipungkiri bahwa dalam budaya masyarakat Lamalera menggantungkan hidup ekonomi keluarga dari hasil laut.
Dengan demikian budaya Baleo ini tidak bisa dihilangkan karena sudah menjadi tradisi bagi masyarakat untuk menghidupi keluarga mereka.
Jadi tidak dipungkiri bahwa dalam budaya masyarakat Lamalera menggantungkan hidup ekonomi keluarga dari hasil laut.
Dengan demikian budaya Baleo ini tidak bisa dihilangkan karena sudah menjadi tradisi bagi masyarakat untuk menghidupi keluarga mereka.
Dalam proses penangkapan ikan
paus dilakukan secara berkelompok yakni menggunakan peledang
( perahu ) yang sudah disiagakan dipesisir
pantai namun, ada seorang petugas yang menjaga dan mengawasi pantai apabila ada ikan paus
yang melewati perairan Lamalera.
Jika petugas pantai dalam pengawasan melihat ada ikan paus yang muncul maka, ia akan memanggil para peledang untuk segera memburu ikan paus. Petugas pengawas pantai akan berteriak dan memanggil baleo....baleo....baleo......ikan lau lefa dai.
Jika petugas pantai dalam pengawasan melihat ada ikan paus yang muncul maka, ia akan memanggil para peledang untuk segera memburu ikan paus. Petugas pengawas pantai akan berteriak dan memanggil baleo....baleo....baleo......ikan lau lefa dai.
Apa bila masyrakat
mendengar teriakan baleo maka, semua
orang akan berlari menuju kepantai untuk segera mendorong peledang yang sudah disiapkan untuk meburu ikan paus.
Peledang biasanya memuat enam sampai delapan orang untuk mendayung peledang. Seorang yang mengatur tali dan seorang menjadi eksekutor. Pada saat ikan paus sudah ditikam dengan tempuling maka, peledang lainnya akan di ikatkan berurutan untuk menahan lajunya ikan paus yang sudah terkena tikaman. Peledang biasanya di ikat gandeng enam sampai tujuh peledang, selanjutnya jika ikan sudah didapat maka, akan giring dan dibawah pulang untuk di bagikan kepada semua masyarakat setempat agar dikonsumsi maupun dijual ke desa-desa tetangga.
Peledang biasanya memuat enam sampai delapan orang untuk mendayung peledang. Seorang yang mengatur tali dan seorang menjadi eksekutor. Pada saat ikan paus sudah ditikam dengan tempuling maka, peledang lainnya akan di ikatkan berurutan untuk menahan lajunya ikan paus yang sudah terkena tikaman. Peledang biasanya di ikat gandeng enam sampai tujuh peledang, selanjutnya jika ikan sudah didapat maka, akan giring dan dibawah pulang untuk di bagikan kepada semua masyarakat setempat agar dikonsumsi maupun dijual ke desa-desa tetangga.
Beginilah Baleo dalam budaya
Lamalera dalam tradisi menangkap ikan paus yang sudah menjadi turun temurun
hingga saat ini. Banyak orang terkenal lahir dan dibesarkan di desa kecil ini seperti:
P. Alex Beding SVD misionar pertama Lembata, Prof. Dr. Goris Keraf, ahli tata bahasa Indonesia, P. Micael Beding, CSsR, P. Bosco Beding SVD, Mgr Yos Gowing Pr, romo yang di beri gelar
Mgr dari Roma karena ide dan program pendidikan yang dibuatnya pada keuskupan Larantuka yang dikenal
hingga kini yakni Katekese Umat.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus